Kreatif saja tidak cukup. Setiap negara punya identitasnya masing-masing apalagi Indonesia, negara dengan penduduk muslim terbesar dan diantara negara yang memiliki suku, budaya paling banyak di dunia. Negara ini secara perlahan mulai kehilangan identitas, dengan “diorbitkan”nya artis-artis lokal atau non-Indonesia yang lahir di Indonesia menjadi artis yang go international.
Go International dengan menggadaikan budaya ketimuran dan menodai nilai luhur negara muslim terbesar dunia. Sesungguhnya inilah puncak kedunguan ketika budaya ketimuran digadaikan demi popularitas semu dan murahan. Bukan kreatif namanya tapi plagiat.
Kenapa semu dan murahan? karena yang mereka tampilkan bukanlah akar budaya mereka sendiri, mulai dari cara berpakaian, sikap, kata-kata yang disampaikan, cara mereka menyampaikan pesan menunjukkan betapa ringannya mereka menginjak-nginjak nilai-nilai ketimuran yang luhur.
Ini sama saja mengkhianati perjuangan para ulama dan pejuang kemerdekaan yang membela tanah air dengan nyawa tapi dibalas dengan meracuni generasi muda dengan budaya-budaya asing yang negatif dan mereka bangga hidup dengan cara seperti itu. Padahal budaya asing yang mereka tiru itu jauh dari nilai-nilai positif seperti yang ditanamkan oleh nenek moyang kita. Budaya kita jauh lebih beradab dibanding mereka.
Pada masa silam, peradaban Islam jauh lebih maju dibanding peradaban barat. Saat peradaban barat mengajak kaumnya merendahkan anggota tubuhnya sendiri dengan menggunakan pakaian serba minim bahkan sering bahagia tanpa berpakaian, hobi mabuk-mabukan, peradaban Islam mengajak kaumnnya menutup anggota tubuhnya yang terhormat dan melarang mabuk-mabukan.
Saat peradaban barat menganggap pola pikir kreatif tanpa batas sehingga melanggar norma-norma sosial dan tidak beradab itu juga termasuk kreatif bagi mereka, peradaban Islam sejak 14 abad silam mengatur kreatifitas dengan tetap menjaga nilai-nilai positif dan beradab, halal dan benar caranya.
Inilah yang saya maksud, Industri halal mesti diiringi dengan industri kreatif, jangan sampai kecolongan lagi, bangsa ini sudah puluhan tahun kecolongan karena tidak menjaga dan percaya diri identitasnya sendiri.
Identitas hanya milik satu kepulauan dan suku tertentu saja, menghalalkan segala cara demi kebahagiaan bangsa lain walau bangsa sendiri menderita. Kreatifitas yang dicapai tanpa cara dan sumber yang halal hanyalah kreatifitas semu yang hanya mewariskan benih-benih generasi muda yang miskin identitas dan kelak menjadi penghancur bangsanya sendiri.
Jika bangsa ini sadar dan menjaga identitasnya sendiri maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar karena identitasnya tidak dimiliki oleh bangsa lain dan menjadi model bagi bangsa lain.
Carilah identitas diri, selami sejarah daerah masing-masing, dalami ibadah, kamu akan menemukan harta karun peradaban tak ternilai yang telah diwariskan oleh para leluhur.
Jangan khianati mereka, jangan khianati pula panutanmu Rasulullah saw, manusia terbaik sepanjang zaman, yang nafas terakhirnya masih saja memikirkan kita dan sempat berucap…ummatku…ummatku…ummatku…peliharalah shalat dan orang lemah diantaramu, dan jangan pula kita sampai khianati amanah dari Allah swt, Yang Maha Pencipta, Yang Maha Kreatif, amanah untuk beribadah dan menjadi pemimpin yang bermanfaat bagi makhluk seisi alam ini.
Leave a Reply