BANDA ACEH – Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh bekerjasama dengan Institut Peradaban Aceh, Bandar Publishing dan Masyarakat Informasi Teknologi Aceh menggelar diskusi dalam rangka menyambut Hari Buku Se-Dunia dengan tema ‘Antara Buku dan Secangkir Kopi’ di Rumoeh Aceh Komplek Museum Negeri Aceh Banda Aceh, Sabtu (25/04/2015).

Dalam diskusi yang dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan tersebut, berlangsung dengan khidmat dan menarik. Salah satu pembicara dari lembaga penerbitan yang juga Direktur Bandar Publishing Banda Aceh, Mukhlisuddin Ilyas mengatakan bahwa soal buku di Aceh tidak boleh semata-mata dipandang sebagai tujuan bisnis.

“Kita sebagai penulis dan penerbit tidak hanya berbuat semata-mata untuk tujuan bisnis, tapi harus menjadi bentuk sosialisasi ilmu pengetahuan. Sudah saat nya aceh menjadikan ilmu sebagai kekuasaan,” ujar Mukhlis.

Pembicara lainnya, Teuku Farhan juga mengungkapkan bahwa teknologi informasi menjadi ruang untuk dimanfaatkan sebagai pintu ilmu pengetahuan berbasis ke-acehan.

“MIT sudah mendirikan website gampong.net sebagai salah satu alternatif masyarakat aceh dalam menjaring informasi positif berbasis ke-acehan, ini googlenya orang Aceh,” ungkap Ketua Masyarakat Informasi dan Teknologi Aceh ini.

Salah satu peserta yang hadir, Tgk. Abdurrahman Kaoy selaku Wakil Ketua Majelis Adat Provinsi Aceh mengimbau agar masyarakat Aceh kembali lagi dalam tradisi leluhurnya yang gemar menulis, membaca dan berkarya.

“Dulu, ulama-ulama Aceh tidak hanya menjadi pembaca dan penulis, tapi dengan keterbatasan teknologi mereka juga mampu menghasilkan karya, ini harus dicontoh kembali,” harap Ayah Raman Kaoy.

Menariknya, acara yang berlangsung juga turut dimeriahkan dengan wakaf 3.000 buku dan dokumen digital bertema Aceh, 25 kliping koran (repro) The New York Time yang memuat berita Perang Belanda-Aceh dan juga 17 e-manuscript tentang Perang Aceh dari Institut Peradaban Aceh. Disamping itu, Bandar Publishing juga ikut mewakafkan 10 judul bukunya kepada 10 lembaga perpustakaan kampus, komunitas dan perpustakaan sekolah yang hadir pada acara tadi.

“Harapan kita, semoga Gerakan Wakaf ini menjadi solusi untuk masyarakat Aceh yang sulit melakukan akses informasi dan ilmu pengetahuan, Insya Allah kita akan terus bergerak dan menyalurkan semua buku yang terkumpul,” tutup Dra. Zunaimar selaku Direktur Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh. (*)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *