Bandung – Meskipun Linux Go To School (LGTS) disenangi guru dan siswa karena manfaatnya yang begitu besar, namun kegiatan ini tidak berlangsung semulus kelihatannya. Faktor birokrasi lembaga pendidikan yang berbelit-belit serta kurangnya pemahaman pejabat sekolah tentang pentingnya perangkat lunak Open Source, masih jadi faktor penghambat.

Khusus di Bandung, kedua alasan di atas bahkan sampai mengakibatkan LGTS gagal diselenggarakan di beberapa sekolah yang awalnya direncanakan ikut terlibat.

“Awalnya kami ingin memusatkan kegiatan ini di satu SMA strategis di setiap rayon Kota Bandung. Tetapi karena terlalu ribet birokrasi di sekolah serta kurangnya pemahaman pejabat sekolah mengenai perangkat lunak Open Source, kegiatan ini akhirnya diselenggarakan di SMA yang memang bersedia,” tutur Yudha P Sunandar, koordinator kegiatan LGTS.

Lebih lanjut, Yudha juga menjelaskan, seharusnya kegiatan LGTS di SMAN 12 Bandung pada Kamis (28/8/2008) dihadiri oleh perwakilan siswa dan guru TIK di rayon Bandung Timur. Namun karena tidak adanya konfirmasi keikutsertaan hingga waktu yang telah ditentukan, akhirnya yang kami undang adalah guru dan siswa di SMAN 12 Bandung.

Menyoal SMAN 12 Bandung sendiri, Yudha menilai sangat baik dan perlu diacungi jempol karena kesadarannya akan perangkat lunak legal dan open source di tingkat pejabat sekolahnya sudah sangat bagus. Lebih dari itu, Yudha juga mengharapkan agar pejabat sekolah di SMA lain di kota Bandung perlu memiliki sikap serupa, membuka diri pada sesuatu yang positif dan selalu memperbaharui wawasannya mengenai teknologi pendidikan, khususnya pendidikan teknologi informasi.(lom/lom)

Salomo Sihombing – detikBandung

Sumber : Detik – Jumat, 29/08/2008 10:41 WIB


Comments

Leave a Reply